Entri Populer

Jumat, 25 Maret 2011

RISET OPERASIONAL TABURIA DI PROV, SUMSEL


RISET OPERASIONAL TABURIA

Pendahuluan
Pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 25 Maret 2011, di provinsi sumatera Selatan dilaksanakan Riset Operasional Taburia yang dilaksanakan di Kabupaten OKI, LAHAT dan Kota Palembang.

Pelaksana kegiatan adalah PT. Equator Mitra kerja Proyek NICE yang diwa kili oleh Ibu Siti Rosyidah dan Ibu Inne Indrayana dan di dampingi Oleh PPCU NICE Sumsel sebagai Koordinator Provinsi

1.1. Latar Belakang
Tujuan utama dari Proyek NICE adalah untuk membantu mencapai target 2 dari MDG untuk mengurangi jumlah anak underweight di bawah 5 tahun pada tahun 2015 dan MDGs terkait. Proyek NICE merupakan respon terhadap Rencana Aksi Nasional Kementrian Kesehatan untuk Pencegahan Malnutrisi (National Action Plan for the Prevention of Malnutrition), yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi gizi kurang anak-anak di bawah 5 tahun dari 18,5% pada 2007 menjadi 15% pada 2014 dan stunting dari 36,7% menjadi 32%. Proyek NICE bertujuan untuk mempercepat penurunan prevalensi anemia pada anak di bawah 5 tahun dan anemia di antara ibu hamil dan menyusui di 24 kabupaten / kota di 6 provinsi yang tercakup oleh Proyek. Proyek akan mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi dan mencegah kekurangan gizi sekitar 1,48 juta anak balita dan anemia di antara 500.000 ibu hamil dan menyusui di sekitar 1.800 desa.
Proyek NICE ini dirancang untuk memberikan lima output tertentu ;
  • memperkuatkapasitas untuk pengembangan kebijakan gizi, program dan pengawasan;
  • peningkatan mutu dan pelayanan gizi terpadu bagi perempuan dan anak-anak didaerah proyek;
  • peningkatan kemampuan masyarakat untuk pelaksanaan intervensi gizi, kebersihan, dan sanitasi;
  • memperluas program fortifikasi pangan dan komunikasi gizi diperkuat, dan
  • peningkatan kapasitas manajemen proyek termasuk perencanaan, monitoring dan evaluasi program gizi.

Fortifikasi makanan dan memberikan vitamin, mineral serta suplemen lainnya adalah cara murah untuk mengatasi kekurangan gizi mikronutrien dan meningkatkan pembangunan mental anak. Fortifikasi pangan adalah intervensi yang paling efektif untuk mengurangi defisiensi mikronutrien. Penelitian berbasis masyarakat di Asia pada Sprinkles (multimicro nutrient fortification/MMF) telah menunjukkan bahwa inovasi tersebut efektif dalam mengurangi prevalensi anemia, dan ditemukan diterima dengan baik dan lebih mudah digunakan daripada obat jenis tetes.

Dalam rangka meningkatkan status gizi anak balita dari keluarga miskin, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan, melalui the Japan Funds for Poverty Reduction (JFPR) dengan kegiatan proyek mengembangkan Multiple Micronutrients Fortificants (MMF). Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan bertanggung jawab atas pengembangan MMF Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak berusia 6-59 bulan, terutama mereka yang hidup dalam keluarga miskin di daerah miskin.

Saat ini MMF yang dikembangkan secara lokal disebut TABURIA. Studi efikasi dan efektivitas di daerah skala kecil telah dilakukan di Jakarta Utara. Sebagai tindak lanjut dari studi ini,penelitian operasional di provinsi proyek NICE perlu dilakukan untuk menyediakan informasi yang kredibel mengenai kinerja program dalam rangka membantu meningkatkan program.
Setiap MNP's program termasuk TABURIA, manajemen program serta pasokan dan kegiatan rogram harus dinilai dengan hati-hati untuk menyesuaikan operasi program jika ada perubahan yang diperlukan.

Hasil penelitian ini akan diperlukan untuk menyesuaikan operasi program, menjamin keamanan penerima manfaat, membahas keberhasilan program dan kegiatan apa yang berjalan dengan baik dan kegiatan apa yang memerlukan koreksi/perbaikan. Keberhasilan program ini seperti yang direncanakan akan menjadi titik awal untuk memperluas program fortifikasi untuk seluruh provinsi di Indonesia.
Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi program manajemen dan efektivitas TABURIA di bawah pengaturan program. Pertanyaan penelitian operasional yang dibahas adalah: 1) Apa program-program masyarakat dan sistem distribusi di tempat, jumlah TABURIA yang didistribusikan kepada kelompok sasaran sesuai dengan yang direncanakan 2) Cakupan dan kepatuhan TABURIA, penerimaan terhadap intervensi.
1.2. Pengertian Riset Operasional Taburia
Kegiatan operasional riset Taburia fokus pada evaluasi manajemen operasional Taburia
(distribusi, penyimpanan, cakupan, kepatuhan dan penerimaan terhadap intervensi), apa keberhasilannya, apa masalah dan bagaimana mengatasi masalah yang muncul. Kegiatan juga akan mengevaluasi paket pendukung lain yang mempengaruhi operasional Taburia (media promosi, Komunikasi Perubahan Perilaku, advokasi). Untuk memastikan hasil yang optimal dari penelitian operasional, LPM Equator ditugaskan oleh NICE untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
1.2.1. Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah mengevaluasi efektivitas operasional TABURIA
(Micronutrient Powder/MNP's) di wilayah proyek NICE.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
  1. Mengidentifikasi masalah manajemen Taburia seperti perencanaan
    penargetan, distribusi, penyimpanan dan ketepatan sasaran.
  2. Mengidentifikasi cakupan Taburia diantara anak umur 6-24
    bulan
  3. Mengidentifikasi kepatuhan konsumsi Taburia diantara anak umur
    6-24 bulan
  4. Mengidentifikasi kelompok masyarakat potensial yang
    memobilisasikan mereka dengan manajemen Taburia
  5. Mengidentifikasi adanya makanan fortifikasi lain sejenis
    Taburia
  6. Mengukur pertumbuhan anak umur 6-24 bulan
  7. Menyarankan
    solusi pemecahan dari permasalahan manajemen Taburia
  8. Menyarankan solusi pemecahan dari permasalahan cakupan
    Taburia
  9. )Menyarankan solusi pemecahan dari permasalahan kepatuhan
    Taburia

RISET OPERASIONAL TABURIA DI PROV, SUMSEL

RISET OPERASIONAL TABURIA

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Tujuan utama dari Proyek NICE adalah untuk membantu mencapai target 2 dari MDG
1, untuk mengurangi jumlah anak underweight di bawah 5 tahun pada tahun 2015
dan MDGs terkait. Proyek NICE merupakan respon terhadap Rencana Aksi Nasional
Kementrian Kesehatan untuk Pencegahan Malnutrisi (National Action Plan for the
Prevention of Malnutrition), yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi gizi
kurang anak-anak di bawah 5 tahun dari 18,5% pada 2007 menjadi 15% pada 2014
dan stunting dari 36,7% menjadi 32%. Proyek NICE bertujuan untuk mempercepat
penurunan prevalensi anemia pada anak di bawah 5 tahun dan anemia di antara ibu
hamil dan menyusui di 24 kabupaten / kota di 6 provinsi yang tercakup oleh
Proyek. Proyek akan mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi dan mencegah
kekurangan gizi sekitar 1,48 juta anak balita dan anemia di antara 500.000 ibu
hamil dan menyusui di sekitar 1.800 desa.
Proyek NICE ini dirancang untuk memberikan lima output tertentu ; 1) memperkuat
kapasitas untuk pengembangan kebijakan gizi, program dan pengawasan; 2)
peningkatan mutu dan pelayanan gizi terpadu bagi perempuan dan anak-anak di
daerah proyek; 3) peningkatan kemampuan masyarakat untuk pelaksanaan intervensi
gizi, kebersihan, dan sanitasi; 4) memperluas program fortifikasi pangan dan
komunikasi gizi diperkuat, dan 5) peningkatan kapasitas manajemen proyek
termasuk perencanaan, monitoring dan evaluasi program gizi.

Fortifikasi makanan dan memberikan vitamin, mineral serta suplemen lainnya
adalah cara murah untuk mengatasi kekurangan gizi mikronutrien dan meningkatkan
pembangunan mental anak. Fortifikasi pangan adalah intervensi yang paling
efektif untuk mengurangi defisiensi mikronutrien. Penelitian berbasis
masyarakat di Asia pada Sprinkles (multimicro nutrient fortification/MMF) telah
menunjukkan bahwa inovasi tersebut efektif dalam mengurangi prevalensi anemia,
dan ditemukan diterima dengan baik dan lebih mudah digunakan daripada obat
jenis tetes.

Dalam rangka meningkatkan status gizi anak balita dari keluarga miskin,
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan, melalui the Japan Funds
for Poverty Reduction (JFPR) dengan kegiatan proyek mengembangkan Multiple
Micronutrients Fortificants (MMF). Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan
Makanan bertanggung jawab atas pengembangan MMF Indonesia dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak berusia 6-59
bulan, terutama mereka yang hidup dalam keluarga miskin di daerah miskin. Saat
ini MMF yang dikembangkan secara lokal disebut TABURIA. Studi efikasi dan
efektivitas di daerah skala kecil telah dilakukan di Jakarta Utara. Sebagai
tindak lanjut dari studi ini, penelitian operasional di provinsi proyek NICE
perlu dilakukan untuk menyediakan informasi yang kredibel mengenai kinerja
program dalam rangka membantu meningkatkan program. Setiap MNP's program
termasuk TABURIA, manajemen program serta pasokan dan kegiatan program harus
dinilai dengan hati-hati untuk menyesuaikan operasi program jika ada perubahan
yang diperlukan.

Hasil penelitian ini akan diperlukan untuk menyesuaikan operasi program,
menjamin keamanan penerima manfaat, membahas keberhasilan program dan kegiatan
apa yang berjalan dengan baik dan kegiatan apa yang memerlukan
koreksi/perbaikan. Keberhasilan program ini seperti yang direncanakan akan
menjadi titik awal untuk memperluas program fortifikasi untuk seluruh provinsi
di Indonesia.
Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi program manajemen dan efektivitas
TABURIA di bawah pengaturan program. Pertanyaan penelitian operasional yang
dibahas adalah: 1) Apa program-program masyarakat dan sistem distribusi di
tempat, jumlah TABURIA yang didistribusikan kepada kelompok sasaran sesuai
dengan yang direncanakan 2) Cakupan dan kepatuhan TABURIA, penerimaan terhadap
intervensi.
1.2. Pengertian Riset Operasional Taburia
Kegiatan operasional riset Taburia fokus pada evaluasi manajemen operasional
Taburia (distribusi, penyimpanan, cakupan, kepatuhan dan penerimaan terhadap
intervensi), apa keberhasilannya, apa masalah dan bagaimana mengatasi masalah
yang muncul. Kegiatan juga akan mengevaluasi paket pendukung lain yang
mempengaruhi operasional Taburia (media promosi, Komunikasi Perubahan Perilaku,
advokasi). Untuk memastikan hasil yang optimal dari penelitian operasional, LPM
Equator ditugaskan oleh NICE untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
1.2.1. Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah mengevaluasi efektivitas operasional
TABURIA (Micronutrient Powder/MNP's) di wilayah proyek NICE.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
  1. Mengidentifikasi masalah manajemen Taburia seperti perencanaan
    penargetan, distribusi, penyimpanan dan ketepatan sasaran.
  2. Mengidentifikasi cakupan Taburia diantara anak umur 6-24
    bulan
  3. Mengidentifikasi kepatuhan konsumsi Taburia diantara anak umur
    6-24 bulan
  4. Mengidentifikasi kelompok masyarakat potensial yang
    memobilisasikan mereka dengan manajemen Taburia
  5. Mengidentifikasi adanya makanan fortifikasi lain sejenis
    Taburia
  6. Mengukur pertumbuhan anak umur 6-24 bulan
  7. Menyarankan
    solusi pemecahan dari permasalahan manajemen Taburia
  8. Menyarankan solusi pemecahan dari permasalahan cakupan
    Taburia
  9. )Menyarankan solusi pemecahan dari permasalahan kepatuhan
    Taburia

Selasa, 01 Maret 2011

PELATIHAN KAMPANYE PERUBAHAN PERILAKU


Dalam mensosialisasikan TABURIA di Desa-desa dan masyarakat di seluruh wilayah Proyek NICE di Peov Sumatera Selatan telah dilaksanakan Pelatihan Kampanye Perubahan Perilaku bagi lintas Program dan Lintas Sektor Provinsi dan Kab/Kota. Jumlah peserta sebanyak 27 orang 4 diantaranya mewakili Media selama 2 hari tanggal 1-2 Maret 2011
Palaksana kegiatan ini adalah PT. Maton selaras dengan Fasilitator Ibu Hasa
Widayati dan Wilda wellis dari Firm MS
PELATIHAN KAMPANYE PPK
NICE PROJECT SUMATERA SELATAN
1-2 MARET 2011
1. LatarBelakang
Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI saat inisedang melaksanakan Projek NICE (Nutrition Improvement through Community Empowerment) yang bersum berdaridana APBN dan pinjaman Asian Development Bank (ADB) (Loan No. 2348-INO [SF]). NICE mendukung implementasi RAN (RencanaAksiNasional) Pencegahan GiziBuruk yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi berat badan kurang di kelopok balitadari 18,5% di tahun 2007 menjadi di bawah 15% di tahun 2014 dankependekan (stunting) dari 36,7% menjadi 32%. Secaraspesifik NICE bertujuan untuk mempercepat penurunan pengurangan gizi kurang di kelompokanak-anak balita dan anemia di kelompok perempuan, khususnya di 24 kota/kabupaten di 3 provinsi di Indonesia.
Proyek NICE mendekati tantangan tersebut dengan memperkuat sisi pelayanan yang berbasiskan masyarakat, identifikasi prioritas local untuk perbaikan gizi, dan mobilisasi social untuk perbaikan gizi yang akan memberdayakan keluarga dan masyarakat agar dapat menjawab kebutuhan gizi dan kesehatan di kalangan mereka sendiri.
Oleh sebab itu, Pemerintah berusaha melakukan program intervensi terbaik dalam menangani kasus gizi masyarakat denganTaburia; yaitu suatu produk mikro nutrisi yang mengandung 16 multi-vitamin dan multi-mineral yang penting untuk meningkatkan status kesehatan balita yang ditaburkan melalui makanan atau bubur.
Untuk mendukung pencapian target intervensi tersebut maka dikembangkan kegiatan komunikasi perubahan perilaku atau Behavior Change Communication /campaign (BCC) untuk memasyarakatkan penggunaan Taburia. Tujuan utama yang akan dicapai dalam Kegiatan Behavior Change Campaign on Taburia adalah: “memasyarakatkan penggunaan Taburia dengan dukungan di berbagai level, baik kalangan pemerintah maupun masyarakat secara luas”.
Kegiatan kampanye produk Taburia ini didesain untuk secara efektif melalui tiga kegiatan; yaitu: kegiatan produksi media (cetak dan elektronik) yang disebut kegiatan PAKET 1; kegiatan pilot pelatihan dan komunikasi perubahan perilaku serta special event yang disebut dengan kegiatan PAKET 2; dan kegiatan advokasi kepada pihak media dan pengambil keputusan di tingkat pusat, Provinsi, dan local yang disebut kegiatan PAKET 3.
2. TujuanKegiatan
Tujuan dari kegiatan Pelatihan KPP adalah :
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta pelatihan tentang Komunikasi Perubaha perilaku dalam kampanye Taburia
• Melakukan manajemen dan fasilitasi pelatihan KPP
• Melakukan fasilitasi special event kampanye taburia di lokasi pelatihan
• Melakukan Distance monitoring terhadap RKTL Pelatihan
3. Metodologi
Adapun metode pelatihan yang digunakan adalah :
• Metode Partisipatif dan Pendidikan Orang dewasa : Yaitu pendidikan yang menekankan proses belajarbersama, tidak menggurui dan tidak ada obyek, didasari semangat kolaborasi , semua pelaku proses belajar adalah subyek .Obyeknya adalah materi pembelajaran.
• Metode Curah Pendapat (brainstorming). Metode ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta untuk mengemukakan pendapatnya,
• Metode Diskusi Kelompok (DISKO). Yakni membahas sesuatu topic untuk memperoleh kesimpulannya dalam kelompok kecil,
• Metode Diskusi Pleno .
• Metode Ceramah.
• Metode Penugasan.
• Metode Kerja Kelompok.
• Metode Praktek Lapang.
4. LokasiPelatihan :
Target Group 1 (pemangkukebijakan) :
1. Prov. NTB
2. Prov.NTT
3. Prov.Kalbar
4. Prov. Sulsel
5. Prov.Sumut
6. Prov.Sumsel
Terget Group 2 (agen perubah di ingkan masyarakat): 2
1. Lombok Tengah (NTB)
2. Maros (sulsel)
3. Musirawas (Sumsel)
4. TTU (NTT)
5. KabKupang (NTT)
6. Kota Kupang,(NTT)
7. Sumba Barat(NTT)
8. Landak,( kalbar)
9. Ketapang,(kalbar)
10. Sintang, (kalbar)
11. Kota Pontionak (kalbar)
12. Mandailing Natal (Sumut)
13. Dairi (Sumut)
14. Kota Medan( Sumut )
15. Tapanuli Tengah ( Sumut)
5. PesertaPelatihan
1. Pelatihanuntuk Target Group I
2. Target Peserta:27 orang /provinsi yang terdiri :
3. Dinkes Provinsi/gizi & promkes (2 org)
4. Humas Pemprov/setwilda (1 org)
5. Bappeda Prov (1)
6. Dinkes Kab (4 org)
7. Bappeda Kab (4 org)
8. Humas Pemkab (1 /kab x 4= 4 org)
9. TP PKK Kabupaten (1 org/kab=4 org)
10. BKP prov (1 org)
11. TP PKK Prov Pokja 3/4 (2 org)
12. Media (4 org dari 4 media)
13. Pelatihan untul Target Group II
14. Target Peserta: 50 orang per Kab ( 2 angkatan)
15. Puskesmas/ bidan/nakes
16. Kepala Desa
17. Kader Posyandu
18. Tokoh masyarakat
19. PKK





7. MateriPelatihan

Materi pelatihan TG I :
• Modul 1 : ApaituTaburia (Tinjuan Produk)
• Modul 2 : Peran pemangku kebijakandan Humas dalam me masyarakatkan taburia
• Modul 3 : konsep dan teknik Komunikai Perubahan Perilaku (KPP)dalamKampanyeTaburia
• Modul 4 : Penguasaan beberapateknik KPP :
a) Cara menulis press release
b) Cara menjawabpertanyaan-pertanyaandalamwawacaradengan media (cetakdanelektronik)
c) Cara merencanakan dan melaksanakan konferensipers
d) Cara mengelola cara-acara khusus bagi orang-orang media (contohnya: lomba karya tulis bagi media)
• Modul 5 : TEKNIK ADVOKASI untuk mendukung Kampanye Taburia

Materi pelatihan TG 2 :
• Modul 1 : Pola hidup sehat dan gizi seimbang ( Pola pemberian Makan Gizi Seimbang Balita )
• Modul 2 : Apaitu taburia (komposisi, kandungan gizi, dan manfaat, cara penggunaan dan penyimpanan)
• Modul 3 : Komunikasi Perubahan perilaku berbasis Masyarakat
• Modu 4 : Teknik Fasilitasi dengan Prinsip Pembelajaran Orang dewasa
• Modul 5 : Teknik Penyelengaraan Acara khusus
• Modul 6 : Perankader, bida, dan tokoh masyarakat dalam
memasyarakat kantaburia
• Modul 7 : Teknik monitoring Kampanye taburia
• Modul 8 : TurunLapangan ( 1 hari)
• Modul 9 : RKTL


8. Special Event
Kegiatan Special Event merupakan bagiandari kegiatan pelatihan KPP yang akan dilakukan di posyandu atau di tingkat masyarakat.Kegiatan ini merupakan kegiatan khusus untuk mengkampanyekan Taburia.
Kelompok Sasaran: Ibu dengan balita, Ibu hamil, Masyarakat Umum (kader posyandu, bidan, staf Puskesmas, tokoh masyarakat, pihak desa/kelurahan).

Target Peserta : 30 orang x 150 titik ( 10 titik di tiapKabupaten)
Durasi Special event : 1-2 jam
Lokasi : Posyandu/ kelurahan/tempat tempat umum di
Tingkat Desa/Kelurahan
Materi Special event :
Materi disesuaikan dengan kondisi lapangan, dengan alternative materi sebagai berikut :
• Lomba Nyanyi Taburia
• Demo Taburia
• Lomba Masak
• Ceramah dan Demo Taburia
• Panggung Gembira Taburia
• Lomba Mewarnai
• Dll

9. WaktuKegiatan

Waktu kegiatan dilapangan akan dilakukan bulan Februari 2011 (minggu 3) sampai dengan Bulan April 2011

10. Pelaksana Kegiatan

Pelaksanana kegiatan adalah Dinas Kesehatan Prov/Kab lokasi NICE bekerjasama dengan Tim Konsultan dari PT Maton Selaras Consultant
11. Jadwal Pelatihan
TARGET GROUP 1
Waktu Kegiatan
HARI ke 1
09.00 – 10.00 Pembukaan + Pre Test
10.00 – 10.30 Coffee Break
10.30 – 12.00 ApaituTaburia
12.00 -14.00 IShoma
14.00 -15.00 Peran Pemangku kebijakan dan Humas dalam KAmpanye TAburia (1)
15.00 – 15.30 Coffee Break
15.30 –16.30 Peran Pemangku kebijakan dan Humas dalam KAmpanye TAburia (2)
HARI ke 2
09.00 – 09.30 Review hari ke 1
09.30 – 10.00 Break
10.00 – 12.00 Konsep dan teknik KPP dalam Kampanye Taburia
12.00 -13.30 Ishoma
13.30 -15.30 Penguasaan Beberapa Teknik KPP
15.00 – 15.30 Break
15.30 – 16.30 Pengantar modul advokasi
HARI ke 3 MODUL ADVOKASI
09.00 – 10.00 Menghadapi interview wartawan
10.00 – 10.30 Break
10.30 – 12.00 Lobi untuk advokasi
12.00 -13.30 Break
13.30 -15.30 Seminar untuk advokasi
15.00 – 15.30 Break
15.30 – 16.30 Menyelenggrakan Lomba Jurnalistik
16-30-17.30 Penutupan + post test

TARGET GROUP 2
Waktu Kegiatan
HARI ke 1
09.00 – 09.30 Pembukaan
09.30 – 10.00 Coffee Break
10.00 – 11.00 Pola Hidup Sehat dan Gizi Seimbang
11.00 -12.00 Apa itu Taburia ?
12.00 -13.30 Ishoma
13.30 -14.30 KPP berbasis Masyarakat
14.30-15.30 Teknik Fasilitasi dengan Pendekatan orang Dewasa(1)
15.30 – 16.00 Break
16.00 – 17.00 Teknik Fasilitasi dengan Pendekatan orang Dewasa (2)
HARI ke 2
09.00 – 09.30 Review harike 1
09.30 – 10.00 Break
10.00 – 11.00 Teknik Penyelenggaaan acara khusus
11.00 -12.30 Peran kader, tomas, bidan dalam kampanye taburia
12.30 -14.00 Ishoma
14.00 -15.00 Teknik monitoring Kampanye Taburia
15.00 – 15.30 Break
15.30 – 17.00 Persiapan turun lapangan /praktek lapang
HARI ke 3
09.00 – 14.00 Praktek lapang
14.00- 16.00 RKTL
16.00 – 17.00 Penutupan