Entri Populer

Sabtu, 26 November 2011

PEMELIHARAAN IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

I. PENDAHULUAN

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan
secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan : 1) dapat dibudidayakan di lahan dan
sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif
mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha
yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah masuknya jenis
ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding
lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih
tahan penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung
pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas.
Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah
atas penggunaan induk yang berkualitas rendah.
Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad,
derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan
nilai FCR (Feeding Conversation Rate). Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele
dumbo, Balai Pengembangan Benih Air Tawar (BPBAT) Sukabumi telah berhasil
melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi
nama lele ”Sangkuriang”.
Perekayasaan ini meliputi produksi induk melalui silang-balik (tahun 2000), uji
keturunan benih dari induk hasil silang-balik (tahun 2001), dan aplikasi produksi
induk silang-balik (tahun 2002-2004). Hasil perekayansaan ini (lele sangkuriang)
memiliki karakteristik reproduksi dan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
dengan lele dumbo yang saat ini beredar di masyarakat.
Budidaya lele sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun 2004, setelah
dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/Men/2004.
Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo, mulai dari
pembenihan sampai pembesaran.
II.TEKNIK PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG
2.1. Pematangan Gonad
Pematangan gonad lele sangkuriang dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan
kolam ukuran 50 m2, keringkan selama 2-4 hari dan perbaiki seluruh bagian
kolam, isi air setinggi 50-70 cm dan alirkan secara kontinyu, masukkan 300 \
ekor induk ukuran 0,7-1,0 kg, beri pakan tambahan berupa pellet khusus lele
dumbo sebanyak 3% setiap hari.
Catatan: induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
2.2. Pematangan di bak
Pematangan gonad juga bisa dilakukan di bak. Caranya, siapkan baktembok
ukuran panjang 8m, lebar 4m dan tinggi 1m; keringkan selama 2-4 hari, isi
air setinggi 80-100 cm dan alirkan secara kontinyu, masukkan 100 ekor induk,
beri pakan tambahan (pellet) sebanyak 3 persen/hari.
Catatan: induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
2.3.Seleksi
Seleksi induk lele sangkuriang dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada
tubuh.
Tanda induk betina yang matang gonad :
- perut gendut dan tubuh agak kusam
- gerakan lamban dan punya dua lubang kelamin
- satu lubang telur satu lubang kencing
- alat kelamin kemerahan dan agak membengkak
Tanda induk jantan yang matang gonad :
- gerakan lincah, tubuh memerah dan bercahaya
- punya satu lubang kelamin yang memanjang, kemerahan, agak membengkak dan
berbintik putih.
2.4. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva
Pemijahan ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning)
dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan
dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad
kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian
kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina
dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami.
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan
penyuntikkan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
A.Pemijahan Alami
- Siapkan bak berukuran panjang 2m, lebr 1m, dan tinggi 0,4 m
- Keringkan selama 2-4 hari
- Isi air setinggi 30 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan
- Pasang hapa halus seusai ukuran bak
- Masukkan ijuk secukupnya
- Masukkan 1 ekor induk betina yang sudah matang gonad pada siang atau sore
hari
- Masukkan pula 1 ekor induk jantan
- Biarkan memijah
- Esok harinya tangkap kedua induk dan biarkan telur menetas di tempat itu.
Hasil pemijahan alami lele sangkuriang biasanya kurang memuaskan. Jumlah
telur yang keluar tidak banyak.
B. Pemijahan Semi Alami
- Perbandingan induk jantan dan betina 1:1 baik jumlah maupun berat
- Penyuntikkan langkahnya sama dengan pemijahan buatan
- Pemijahan langkahnya sama dengan pemijahan alami
C. Pemijahan Buatan
Pemijahan buatan memerlukan keahlian khusus. Dua langkah kerja yang harus
dilakukan dalam sistem ini adalah penyuntikkan, pengambilan sperma dan
pengeluaran telur.
1. Penyuntikkan dengan ovaprim
Penyuntikkan adalah kegiatan memasukkan hormon perangsang ke tubuh induk
betina. Hormon perangsang yang digunakan adalah ovaprim. Caranya,
siapkan induk betina yang sudah matang gonad; sedot 0,3 mil ovaprim
untuk setiap kilogram induk; suntikkan ke dalam tubuh induk tersebut;
masukkan induk yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama
10 jam.
2. Penyuntikkan dengan hypofisa
Penyuntikkan bisa juga dengan ekstrak kelenjar hypofisa ikan mas atau
lele dumbo. Caranya siapkan induk betina yang sudah matang gonad ;
siapkan 1,5 kgikan mas ukuran 0,5 kg; potong ikan mas tersebut secara
vertikal tepat dibelakang tutup insang; potong bagian kepala secara
horizontal tepat dibawah mata; buang bagian otak; ambil kelenjar
hypofisa; masukkan ke dalam gelas penggerus dan hancurkan; masukkan 1 cc
aquabides dan aduk hingga rata; sedot larutan hypofisa itu; suntikkan ke
dalam tubuh induk betina;masukkan induk yang sudah disuntik ke bak lain
dan biarkan selama 10 jam.
3. Pengambilan Sperma
Setengah jam sebelum pengeluaran tleur; sperma harus disiapkan. Caranya:
1. Tangkap induk jantan yang sudah matang kelamin
2. Potong secara vertikal tepat di belakang tutup insang
3. Keluarkan darahnya
4. Gunting kulit perutnya mulai dari anus hingga belakang insang
5. Buang organ lain di dalam perut
6. Ambil kantung sperma
7. Bersihkan kantung sperma dengan tisu hingga kering
8. Hancurkan kantung sperma dangan cara menggunting bagian yang paling
banyak
9. Peras spermanya agar keluar dan masukkan ke dalam cangkir yang telah
diisi 50 ml (setengah gelas) aquabides
10.Aduk hingga homogen.
2.5. Pengeluaran Telur
Pengeluaran telur dilakukan setelah 10 jam dari peyuntikkan, namun 9
jam sebelumnya diadakan pengecekkan.
Cara pengeluaran telur:
1. Siapkan 3 buah baskom plastik, 1 botol Natrium Chlorida (infus),
sebuah bulu ayam, kain lap dan tisu
2. Tangkap induk dengan sekup net
3. Keringkan tubuh induk dengan lap
4. Bungkus induk dengan lap dan biarkan lubang telur terbuka
5. Pegang bagian kepala oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh yang
lainnya
6. Pijit bagian perut ke arah lubang telur
7. Tampung telur dalam baskom plastic
8. Campurkan larutan sperma ke dalam telur
9. Aduk hingga rata dengan bulu ayam
10. Tambahkan Natrium Chlorida dan aduk hingga rata
11. Buang cairan itu agar telur-telur bersih dari darah
12. Telus siap ditetaskan.
2.6. Penetasan
Penetasan lele sangkuriang dimasukkan ke dalam bak tembok. Caranya :
1. Siapkan sebuah bak tembok ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 0,4 m
2. Keringkan selama 2-4 hari
3. Isi bak tersebut dengan air setinggi 30 cm dan biarkan air mengalir
selama penetasan
4. Pasang hapa halus yang ukurannya sama dengan bak
5. Beri pemberat agar hapa tenggelam (misalnya kawat behel yang diberi
selang atau apa saja
6. Tebarkan telur hingga merata ke seluruh permukaan hapa
7. Biarkan telur menetas dalam 2-3 hari.
Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk
menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor
akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan oksigen terlarut
dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi.
Telur lele sangkuriang menetas 30-36 jam setelah pembuahan pada suhu
22-25 0C.
Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung
telur(yolksack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva
sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack
akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva
dilakukan dalam hapa penetasan. Pakan dapat mulai diberikan setelah larva
berumur 4-5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam.
III. MANAJEMEN KESEHATAN DAN LINGKUNGAN

Kegiatan budidaya lele sangkuriang di tingkat pembenih/pembudidaya sering
dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada
kegiatan pembenihan, penyakit banyak ditimbulkan oleh adanya serangan organisme
pathogen sedangkan pada kegiatan pembesaran, penyakit biasanya terjadi akibat
buruknya penanganan kondisi lingkungan.
Kegagalan pada kegiatan pembenihan ikan lele dapat diakibatkan oleh serangan
organisme predator (hama) ataupun organisme pathogen (penyakit). Organisme
predator yang biasanya menyerang antara lain insekta, ular, atau belut.
Serangan ebih banyak terjadi bila pendederan benih dilakukan di kolam tanah
dengan menggunakan pupuk kandang. Sedangkan organisme pathogen yang lebih
sering menyerang adalah Ichthiopthirius sp, Trichodina sp, Dacttylogyrus sp,
dan Aeromonas hydrophyla.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang
direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan
penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan
pemasangan kolam di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan manajemen lingkungan
budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Bila
serangan sudah terjadi,benih harus dipanen untuk diobati. Pengobatan dapat
menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Manajemen lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan
baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam dan tanah, persiapan
kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran,
pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan.
Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik,
persiapan kolam meliputi pengeringan, disinfeksi (bila diperlukan), pemupukan,
pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan
kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan probiotik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar