Entri Populer

Jumat, 25 Maret 2011

RISET OPERASIONAL TABURIA DI PROV, SUMSEL


RISET OPERASIONAL TABURIA

Pendahuluan
Pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 25 Maret 2011, di provinsi sumatera Selatan dilaksanakan Riset Operasional Taburia yang dilaksanakan di Kabupaten OKI, LAHAT dan Kota Palembang.

Pelaksana kegiatan adalah PT. Equator Mitra kerja Proyek NICE yang diwa kili oleh Ibu Siti Rosyidah dan Ibu Inne Indrayana dan di dampingi Oleh PPCU NICE Sumsel sebagai Koordinator Provinsi

1.1. Latar Belakang
Tujuan utama dari Proyek NICE adalah untuk membantu mencapai target 2 dari MDG untuk mengurangi jumlah anak underweight di bawah 5 tahun pada tahun 2015 dan MDGs terkait. Proyek NICE merupakan respon terhadap Rencana Aksi Nasional Kementrian Kesehatan untuk Pencegahan Malnutrisi (National Action Plan for the Prevention of Malnutrition), yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi gizi kurang anak-anak di bawah 5 tahun dari 18,5% pada 2007 menjadi 15% pada 2014 dan stunting dari 36,7% menjadi 32%. Proyek NICE bertujuan untuk mempercepat penurunan prevalensi anemia pada anak di bawah 5 tahun dan anemia di antara ibu hamil dan menyusui di 24 kabupaten / kota di 6 provinsi yang tercakup oleh Proyek. Proyek akan mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi dan mencegah kekurangan gizi sekitar 1,48 juta anak balita dan anemia di antara 500.000 ibu hamil dan menyusui di sekitar 1.800 desa.
Proyek NICE ini dirancang untuk memberikan lima output tertentu ;
  • memperkuatkapasitas untuk pengembangan kebijakan gizi, program dan pengawasan;
  • peningkatan mutu dan pelayanan gizi terpadu bagi perempuan dan anak-anak didaerah proyek;
  • peningkatan kemampuan masyarakat untuk pelaksanaan intervensi gizi, kebersihan, dan sanitasi;
  • memperluas program fortifikasi pangan dan komunikasi gizi diperkuat, dan
  • peningkatan kapasitas manajemen proyek termasuk perencanaan, monitoring dan evaluasi program gizi.

Fortifikasi makanan dan memberikan vitamin, mineral serta suplemen lainnya adalah cara murah untuk mengatasi kekurangan gizi mikronutrien dan meningkatkan pembangunan mental anak. Fortifikasi pangan adalah intervensi yang paling efektif untuk mengurangi defisiensi mikronutrien. Penelitian berbasis masyarakat di Asia pada Sprinkles (multimicro nutrient fortification/MMF) telah menunjukkan bahwa inovasi tersebut efektif dalam mengurangi prevalensi anemia, dan ditemukan diterima dengan baik dan lebih mudah digunakan daripada obat jenis tetes.

Dalam rangka meningkatkan status gizi anak balita dari keluarga miskin, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan, melalui the Japan Funds for Poverty Reduction (JFPR) dengan kegiatan proyek mengembangkan Multiple Micronutrients Fortificants (MMF). Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan bertanggung jawab atas pengembangan MMF Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak berusia 6-59 bulan, terutama mereka yang hidup dalam keluarga miskin di daerah miskin.

Saat ini MMF yang dikembangkan secara lokal disebut TABURIA. Studi efikasi dan efektivitas di daerah skala kecil telah dilakukan di Jakarta Utara. Sebagai tindak lanjut dari studi ini,penelitian operasional di provinsi proyek NICE perlu dilakukan untuk menyediakan informasi yang kredibel mengenai kinerja program dalam rangka membantu meningkatkan program.
Setiap MNP's program termasuk TABURIA, manajemen program serta pasokan dan kegiatan rogram harus dinilai dengan hati-hati untuk menyesuaikan operasi program jika ada perubahan yang diperlukan.

Hasil penelitian ini akan diperlukan untuk menyesuaikan operasi program, menjamin keamanan penerima manfaat, membahas keberhasilan program dan kegiatan apa yang berjalan dengan baik dan kegiatan apa yang memerlukan koreksi/perbaikan. Keberhasilan program ini seperti yang direncanakan akan menjadi titik awal untuk memperluas program fortifikasi untuk seluruh provinsi di Indonesia.
Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi program manajemen dan efektivitas TABURIA di bawah pengaturan program. Pertanyaan penelitian operasional yang dibahas adalah: 1) Apa program-program masyarakat dan sistem distribusi di tempat, jumlah TABURIA yang didistribusikan kepada kelompok sasaran sesuai dengan yang direncanakan 2) Cakupan dan kepatuhan TABURIA, penerimaan terhadap intervensi.
1.2. Pengertian Riset Operasional Taburia
Kegiatan operasional riset Taburia fokus pada evaluasi manajemen operasional Taburia
(distribusi, penyimpanan, cakupan, kepatuhan dan penerimaan terhadap intervensi), apa keberhasilannya, apa masalah dan bagaimana mengatasi masalah yang muncul. Kegiatan juga akan mengevaluasi paket pendukung lain yang mempengaruhi operasional Taburia (media promosi, Komunikasi Perubahan Perilaku, advokasi). Untuk memastikan hasil yang optimal dari penelitian operasional, LPM Equator ditugaskan oleh NICE untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
1.2.1. Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah mengevaluasi efektivitas operasional TABURIA
(Micronutrient Powder/MNP's) di wilayah proyek NICE.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
  1. Mengidentifikasi masalah manajemen Taburia seperti perencanaan
    penargetan, distribusi, penyimpanan dan ketepatan sasaran.
  2. Mengidentifikasi cakupan Taburia diantara anak umur 6-24
    bulan
  3. Mengidentifikasi kepatuhan konsumsi Taburia diantara anak umur
    6-24 bulan
  4. Mengidentifikasi kelompok masyarakat potensial yang
    memobilisasikan mereka dengan manajemen Taburia
  5. Mengidentifikasi adanya makanan fortifikasi lain sejenis
    Taburia
  6. Mengukur pertumbuhan anak umur 6-24 bulan
  7. Menyarankan
    solusi pemecahan dari permasalahan manajemen Taburia
  8. Menyarankan solusi pemecahan dari permasalahan cakupan
    Taburia
  9. )Menyarankan solusi pemecahan dari permasalahan kepatuhan
    Taburia